Langsung ke konten utama

2020 : Part 1

Detik detik menuju 2021.

Lagi-lagi, waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin menghabiskan libur akhir tahun menyambut 2020. Siapa yang menyangka, kalau dalam perjalanannya 2020 menjadi tahun yang bersejarah dalam kehidupan manusia.

Tentu saja tidak akan mudah melupakan apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi, mengingat “lupa” adalah salah satu sifat dasar manusia – agar nanti saya bisa bercerita pada anak cucu saya kelak, saya akan menuliskannya di sini.

2020. Para penduduk bumi mendapat invasi dari sekelompok makhluk tak kasat mata. Makhluk-makhluk ini – dalam jumlah yang masif,  perlahan menyebar dengan cepat, mencoba menguasai dan mengubah tatanan kehidupan manusia. Setidaknya, sampai tulisan ini dibuat, belum ada yang tahu – hanya bisa menebak-nebak kapan invasi ini dan bagaimana akhirnya.

Makhluk-makhluk tak kasat mata ini datang tanpa diminta, tanpa peringatan sebelumnya – atau mungkin sudah ada sinyal sebelumnya yang diabaikan, entahlah. Tak ada juga yang tahu tujuan mereka apa. Mungkin saja mereka punya misi rahasia.

Apa jangan-jangan mereka adalah Agent of Change yang sesungguhnya?

Kehadiran mereka memberikan perasaan yang bermacam-macam, mostly fear though.

Ada yang kehilangan, tapi ada juga yang malah menemukan apa yang selama ini hilang.

Mereka adalah Coronavirus. Coronavirus sendiri merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia, biasanya menyebabkan infeksi saluran pernafasan, mulai dari flu biasa sampai yang serius. Kelompok ini juga yang menyebabkan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada tahun 2003 lalu. Di 2020 ini, ada Coronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-COV2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2), membawa penyakit yang oleh WHO diberi nama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019).

Penyakit ini pada awalnya ditemukan pada akhir 2019, di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, lalu dengan tingkat penyebaran yang cepat mennyebar di berbagai negara di dunia. Meskipun tingkat kematiannya masih lebih rendah daripada kakak-kakaknya (SARS dan MERS), tingkat penyebarannya lebih cepat.

Di Indonesia sendiri, Covid-19 resmi masuk pada awal Maret 2020. Pak Presiden sendiri yang mengumumkannya di Istana Presiden kasus No. 1 dan 2. Sejak itu, perubahan-perubahan mulai muncul, baik maupun buruk.

Part 1: Maret - Mei 

Dari sejak awal masuknya sampai saat ini, tatanan kehidupan berubah. Terutama di awal-awal kemarin. Hal ini terasa betul pada pertengahan Maret sampai pertengahan Mei. Semua aktivitas ditetapkan untuk dilaksanakan dari rumah. Karena untuk menghentikan laju penyebarannya pembatasan sosial amat sangat diperlukan. Jadi bekerja-belajar-ibadah dilakukan di rumah. Sekolah-sekolah ditutup, dialihkan menjadi pembelajaran secara online. Walaupun penerapannya berbeda-beda di setiap daerah.

Sektor yang kewalahan, sudah jelas sektor kesehatan. Para tenaga medis bekerja lebih estra, dengan perlengakapan keamanan yang seadanya. Banyak pula dari mereka yang gugur selama menjalankan tugas. Sektor ekonomi, anjlok. Aktivitas perekonomian mandeg, toko-toko tutup – kecuali toko bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari. Sektor pariwisata lebih sedih lagi. Karena akses penerbangan sempat dihentikan, tidak ada lagi para turis yang datang. Yang merebak naik, industri masker atau APD, karena kebutuhan yang melonjak – walaupun di awal banyak yang menjadi penimbun masker sehingga harganya menjadi mahal tidak wajar. Jasa pengantaran baik paket atau makanan, juga bertambah penggemarnya karena orang-orang masih butuh bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Banyak orang yang dirumahkan oleh pabrik atau tempat kerjanya. Banyak orang yang harus merelakan anggota keluarganya, teman dekat, atau koleganya. Di daerah saya, kami harus kehilangan bapak Walikota kami, karena Covid-19 bisa memperparah kondisi seseorang yang memiliki penyakit bawaan lain. Banyak juga yang dipaksa di rumah, diberi kesempatan untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarga di rumah. Jadi nongrong-nongkrong di kafe atau rumpi-rumpi syantik (arisan), tidak diperkenankan lagi. Acara pernikahan pun begitu, tidak diizinkan dilangsungkan di gedung atau di rumah. Intinya, segala kegiatan yang sifatnya mengumpulkan masa dilarang.

Saya sendiri memang bukan seorang yang hobi jalan-jalan keluar rumah tiap hari. Keluar rumah dalam artian yang “bukan bekerja”. Tapi ternyata setiap saat di rumah menggugah jiwa saya untuk merindukan hal-hal di luar rumah. Ke swalayan aja saya udah seneng banget, meskipun kemana-mana sekarang wajib pakai masker.

Itulah mengapa, di awal tadi saya menyebut Covid-19 sebagai ini Agent of Change, karena memang banyak yang berubah. Manusia dipaksa berubah, beradaptasi. Di antara banyak kesedihan yang dibawanya, ada banyak hikmahnya. Terutama kesadaran untuk hidup bersih, jadi pada rajin cuci tangan, termasuk saya nih, haha.

Bener lah, bahwa semua yang terjadi pasti ada kebaikan yang terselip di dalamnya. Kitanya aja yang mungkin tidak menyadarinya.

Mendekati akhir Mei, dengan kasus yang tetap bertambah pemerintah mulai mencari cara bagaimana menghadapi pandemi ini. Akhirnya, muncul istilah baru New Normal. Sebuah pola tatanan kehidupan yang baru, yang di dalamnya masyarakat tetap bisa menjalankan kembali aktivitas-aktivitasnya, di tengah pandemi yang belum berakhir ini. Tentunya semua sudah ditetapkan S&K, di Juni ini ada beberapa kota yang diperbolehkan menjalankan New Normal. Akses penerbangan juga sudah kembali dibuka, dengan syarat-syarat tertentu juga.

Di kota saya sendiri, yang masih ada kasus positifnya, belum diizinkan. Sekolah masih tetap dilanjutkan di rumah sampai akhir tahun ajaran nanti. Selanjutnya, menunggu arahan pemerintah.


Bersambung ke Part 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

700 Days of Battle: Us vs The Police

This movie is absolutely worth to watch on my-absolutely-do-nothing-Saturday night! Ini film udah lama banget rilisnya, 2008, dan 2016 ini saya baru nonton. Kali ini saya melebarkan sayap ke film Jepang. Saya memang jarang nonton film Jepang, tapi menurut saya Jepang punya banyak film bagus yang layak ditonton. Apalagi kalau temanya persahabatan, Jepang memang paling bisa deh. Film ini bahkan masuk dalam daftar film komedi terbaik versi saya. So, awalnya saya cuma iseng nyari rekomendasi film Jepang yang bagus ditonton. Dari beberapa blog yang saya baca, di dalamnya pasti ada film ini sebagai film komedi Jepang yang wajib ditonton. So, jadilah saya selanjutnya ngubek2 gugel buat nyari file download nya.  Karena film ini film lama, saya yakin pasti udah banyak di website2 download film plus dengan subtitle yang sudah oke. Akhirnya saya download di  dramacool.com .  Awalnya jujur, saya agak ragu karena posternya nggak menarik buat saya. Nggak lucu kelihat

Nonton Film

Kalau ditanya hobi, saya pasti jawab membaca. Tapi sebenarnya, saya nggak cuma suka baca, saya juga suka nonton. baik drama serial ataupun film. Hehe. Nonton sama baca novel itu mirip sih, buat saya. Dua media ini bisa banget buat saya terhibur dan belajar. Cuma bedanya, dari novel imajinasi saya melanglang buana, menghidupkan karakter-karakternya versi saya, bahkan terkadang saya lah tokoh utamanya. Tapi kalau di film, karakter-karakter itu sudah tersaji di depan mata tinggal dinikmatin dan dicerna dengan sebaik mungkin. Saya kalau milih film apa yang mau ditonton, disesuaikan dengan mood saya saat itu. Jadi kalau lagi moodnya pengen yang lucu-lucu ya nonton film komedi, kalau lagi pengen yang romantis ya nonton yang drama, kalao lagi melankolis ya  nonton yang sedih, gitu. Tapi maunya tuh, kalau komedi ya yang lucu banget. Kalau sedih ya yang bikin nangis sekalian, gitu, tapi kalau horor ya cukup seadanya aja nggak usah yang terlalu serem. Nggak kuat cyiiiin, haha. Dari

Fa Biayyi `Alaa-i Rabbikumaa Tukadzibaan?

Pagi ini saya bangun sedikit terlambat. Entah itu karena mimpi aneh atau memang syaiton betah nangkring di telinga dan mata saya. Tapi, saya terbangun. Pagi ini sedikit sama dengan pagi2 saya sebelumnya. Tak banyak yang berbeda. Lalu muncul dalam benak saya bahwa saya melalui hari-hari yang monoton. hari2 yang menjenuhkan. Sesaat berikutnya, saya berfikir bahwa mungkin saja pikiran saya tadi sudah termasuk sikap yang kurang bersyukur. Lalu terngiang di telinga saya satu ayat dari firman-Nya. فبأي الآء ربكما تكذبان "Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" (QS: Ar-Rahman: 18) Ya, nikmat Tuhan yang mana yang saya dustakan? Saya masih bisa bangun pagi, masih bisa bernafas dengan baik, saya masih bisa menyunggingkan senyum, saya masih bisa membaca dan berbicara dengan jelas, saya masih dikelilingi oleh keluarga dan teman2.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Maka saya berusaha mengubur semua