Langsung ke konten utama

Sweet Escape, Reunion! Part I

Gara-gara Miranda, saya jadi ingat lagi sama tulisan ini yang sudah terpendam di draft dari tahun 2016. Wow banget kan yaaa, udah 2k19 sekarang.. hahaha.

But as always, better late than never.. kali ini mari menelusuri kembali rekam jejak saya dan Kertonegaran Squad di 2016 - yang kala itu masih (lumayan) jauh dari kepala tiga.. wkwkw

***
Buat saya, merantau baik untuk menuntut ilmu atau bekerja di tempat yang jauh dari tempat asal kita, punya banyak nilai plus. Menjadi mandiri, survive beradaptasi di lingkungan baru, terbiasa bertemu banyak orang, adalah sebagian besar hal positif yang saya rasakan. Tetapi, ada minus yang berasa banget pas lagi pulang ke rumah. Nggak punya teman di daerah asal. hahahaha. Sedih tapi ironis gitu, temen sih ada, tapi ya sekedar titelnya temen SD atau TK aja. Ya, walaupun nggak bisa disalahin juga karena merantaunya ya, karena memang saya nggak menjalin komunikasi yang intens sejak dulu-dulunya (andai aja facebook dan sejenisnya ditemukan lebih awal!). Jadi ya gitu, kalau liburan panjang, apalagi lebaran, saya nggak punya teman jalan. Tapi ada bagusnya juga, jadinya saya lebih fokus di rumah sama orang tua aja, padahal sering juga ditinggal arisan. wkwkwk

Lalu, apa lagi yang menarik dari cerita anak rantau, selain penderitaan dan kemandirian??
Buat saya, adalah REUNIAN!

Tapi, ada baiknya sebelum saya cerita tentang REUNI nya, let me tell you about us, the so-called Kertonegaran Girls Squad. 

***

Adalah saya a.k.a Ka, Miranda a.k.a Ndo, dan Canny a.k.a Bu Cani yang dengan bantuan semesta menjadi anak rantau di kota Jogjakarta bertemu di Kos Kertonegaran. Tahun 2007, era belum ada instagram kami merekam sendiri suka duka jadi anak kosan yang nggak bisa bawa motor, hahaha.
Jadi hal yang paling sering kami lakukan bertiga adalah Jalan kaki!

Jalan kaki beli makan di sekitar kosan, jalan kaki seputaran  Malioboro, ngubek-ngubek diskonan Matahari, sampe cari baju lebaran di pasar Bringharjo!! Jadi kalau kami nggak ada janji sama teman-teman sejurusan kami, ya kami bertiga lah kemana-mana.

Lulus kuliah sekitar tahun 2012-an, saya berpisah dari mereka, pulang ke kampung halaman. Canny kerja di Kalimantan, Miranda di Palembang. 

Sampai akhirnya di 2016, terwujudlah reuni yang cukup dramatis buat saya. Karena tempat kerja dan jatah cuti (nasib kuli yak, haha) yang beda-beda, akhirnya saya, Canny, dan Miranda sepakat buat reunian!! Setelah mengecek jadwal cuti masing-masing, akhirnya kami putuskan pergi di akhir Februari sampai awal Maret, 5D4N in Malaysia!!

***

Malaysia jadi pilihan kami karena pengen jalan-jalan di tempat yang lumayan jauh, tapi nggak jauh-jauh banget, dengan pertimbangan biaya akomodasi yang relatif murah, mudah cari tempat sholat, dan gampang nyari makanan yang sesuai selera dan Halal. Walaupun Miranda belum lama juga kesana juga bareng adiknya, hehe.

Lalu, bagian mana yang dramatis?
Kami bertiga berangkat dari tempat yang beda-beda, sesuatu yang jadi karakteristik kami kayanya. Kota asal beda-beda, jurusan beda, sampai kerjaan juga beda-beda, hahah. Sebenarnya trip ini juga sengaja diadain, karena ini perjalanan dengan status semuanya single!. Karena dua bulan setelah trip ini, satu di antara kami akan melepas masa lajangnya. Siapa cobaaaa

Kami nggak banyak melakukan rencana-rencana sebelum berangkat, cuma lokasi janjiannya aja di Chinatown, Kuala Lumpur, karena kami akan menginap malam pertama di daerah situ. Lalu, jadilah saya berangkat dari Tanjung Pinang (lihat peta kalau nggak tau :P), Canny dari Surabaya, Miranda dari Palembang. Perjalanan saya yang paling panjang dan penuh keringat (beneran loh iniii) dibandingkan mereka berdua. Saya berangkat paling pagi, naik kapal laut berangkat jam 7.30 dari Pelabuhan Sri Bintanpura dengan tujuan Pelabuhan Setulang Laut - Johor Bahru. Sampai Johornya sih nggak lama, sekitar jam 10 (11 waktu Malaysia), saya sudah sampai Setulang Laut. Tantangan berikutnya adalah naik bis dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur yang memakan waktu 4 sampai 5 jam! Alhamdulillah, ketemu sodara, jadi ada temannya naik taksi ke Terminal Bis Larkin (terminal bis di Johor Bahru yang bisa mengantar Anda ke daerah lain di sekitaran Malaysia dan Singapur dari Johor Bahru). Saya agak was-was juga, secara baru pertama kalinya ini saya naik bis jarak jauh sendirian, di Negri orang pulak! Tapi diberani-beraniin aja, modal nekat, sambil mikir "kalau nggak sekarang, kapan lagi?". Berasa traveller yang bener-bener sendirian gitu, deg-degan plus excited di saat yang bersamaan.

Sebelumnya, saya sempat searching bis dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur, ada banyak armada dengan jadwalnya masing-masing. Tiketnya juga bisa dipesan online, tapi berhubung saya nggak punya kartu kredit dan jadwal tiba di Johor belum pasti, jadi saya putuskan buat beli on the spot aja. Sampai di Larkin saya bingung, ada banyak loket penjualan dan calo-calo yang nawarin tiket. Saya akhirnya memilih bus yang waktu berangkatnya tidak membuat saya menunggu lama. Nama busnya City Ekspres, harganya RM 34.30. Busnya lumayan besar, tapi kursinya nggak terlalu bikin saya nyaman sih. Perjalanan ke Kuala Lumpur dengan tujuan Terminal Bersepadu Selatan (TBS) memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam, dengan satu kali berhenti di Rest Area. Berasa banget lamanya, karena pemandangannya monoton, maklum lewat jalan tol.

Sesampainya di TBS, saya langsung menuju Bandar Tasik Selatan (BTS), stasiun kereta api komuter untuk melanjutkan perjalan di tempat janjian Chinatown. Untuk ke daerah sini, saya harus menuju stasiun Pasar Seni. Saya nggak terlalu kesulitan untuk menemukan stasiunnya, tinggal keluar dari pintu 3 trus masuk jembatan penyebrangan, tinggal baca petunjuk aja. Yang saya amat sangat ndeso waktu beli tiketnya. Padahal ya udah searching sebelumnya. Saya bingung di depan mesin tiketnya. Dengan bantuan tanya sana sini dengan bahasa Melayu supaya nggak salah naik keretanya. Alhamdulillah saya naik kereta yang tepat, dari BTS ke Pasar Seni mengambil laluan (lintasan) Ampang, kemudian turun di stasiun Masjid Jamek untuk pindah laluan Kelana Jaya. Dengan polosnya, saya cuma ngandelin papan petunjuk doank, trus naik kereta sampai ke Pasar Seni dengan perasaan lega. Ternyataaaa, pas mau keluar stasiun, tiket saya ternyata nggak valid. Panik, tapi untungnya loket petugas nggak jauh dari tempat keluar. Pantesan aja saya nggak dibolehin keluar, wong saya kurang bayar tiketnya. Ternyata, harusnya sebelum saya naik kereta ke Pasar Seni, saya  beli tiket lanjutan di stasiun Masjid Jamek tadi. Alhasil, dengan senyum polos, saya bayar lagi sama abang petugasnya (kalau nggak salah bayar beberapa puluh sen, lupa nominal tepatnya).

Setelah bisa keluar stasiun, berbekal tanya-tanya, saya menuju musholla, karena belum sholat Dzuhur dan Ashar, kebelet juga. Hahah. Dan di musholla stasiun Pasar Seni-lah, kami bertiga ketemuuu!!! Yeyy!!! Yak, dan mulailah rumpi--temu kangen kami.

--to be continued..

TMI section; 
Miranda adalah orang yang pertama kali menemankan saya naik bis kota di Jogja, bayangin kami naik bis nomor 7 cuma buat sekadar tau rute dari kosan ke kampus, biar saya tau tempat turunnya dimana. Terus, Miranda juga yang menemankan saya ambil jas almamater di Kopma UGM. Tidak hanya itu, Miranda juga yang pertama kali ngajarin saya ngambil uang di mesin ATM! Warbiasak kan yaa jasa Miranda buat saya.
Canny adalah yang paling sering saya repotin, saya suka numpang di kamarnya buat nonton bola. Yang paling saya ingat, final Liga Champion 2008, Moskow. Betapa frustasi dan gregetannya waktu adu penalti (John Terry pake acara kepleset), sampai harus merelakan si Red Devils menang. Semua ini terjadi ketika Bu Cani sudah tidur, hehe. 
Sebelum bertemu mereka berdua, saya nggak tau kota Prabumulih dan Bontang, mereka pun begitu, nggak tau Tanjungpinang, wkwkw.










Komentar

  1. Bahkan aku lupa aku ngajarin Ka pake ATM hahahahaha. Lanjutkan part 2!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

700 Days of Battle: Us vs The Police

This movie is absolutely worth to watch on my-absolutely-do-nothing-Saturday night! Ini film udah lama banget rilisnya, 2008, dan 2016 ini saya baru nonton. Kali ini saya melebarkan sayap ke film Jepang. Saya memang jarang nonton film Jepang, tapi menurut saya Jepang punya banyak film bagus yang layak ditonton. Apalagi kalau temanya persahabatan, Jepang memang paling bisa deh. Film ini bahkan masuk dalam daftar film komedi terbaik versi saya. So, awalnya saya cuma iseng nyari rekomendasi film Jepang yang bagus ditonton. Dari beberapa blog yang saya baca, di dalamnya pasti ada film ini sebagai film komedi Jepang yang wajib ditonton. So, jadilah saya selanjutnya ngubek2 gugel buat nyari file download nya.  Karena film ini film lama, saya yakin pasti udah banyak di website2 download film plus dengan subtitle yang sudah oke. Akhirnya saya download di  dramacool.com .  Awalnya jujur, saya agak ragu karena posternya nggak menarik buat saya. Nggak lucu kelihat

Nonton Film

Kalau ditanya hobi, saya pasti jawab membaca. Tapi sebenarnya, saya nggak cuma suka baca, saya juga suka nonton. baik drama serial ataupun film. Hehe. Nonton sama baca novel itu mirip sih, buat saya. Dua media ini bisa banget buat saya terhibur dan belajar. Cuma bedanya, dari novel imajinasi saya melanglang buana, menghidupkan karakter-karakternya versi saya, bahkan terkadang saya lah tokoh utamanya. Tapi kalau di film, karakter-karakter itu sudah tersaji di depan mata tinggal dinikmatin dan dicerna dengan sebaik mungkin. Saya kalau milih film apa yang mau ditonton, disesuaikan dengan mood saya saat itu. Jadi kalau lagi moodnya pengen yang lucu-lucu ya nonton film komedi, kalau lagi pengen yang romantis ya nonton yang drama, kalao lagi melankolis ya  nonton yang sedih, gitu. Tapi maunya tuh, kalau komedi ya yang lucu banget. Kalau sedih ya yang bikin nangis sekalian, gitu, tapi kalau horor ya cukup seadanya aja nggak usah yang terlalu serem. Nggak kuat cyiiiin, haha. Dari

Fa Biayyi `Alaa-i Rabbikumaa Tukadzibaan?

Pagi ini saya bangun sedikit terlambat. Entah itu karena mimpi aneh atau memang syaiton betah nangkring di telinga dan mata saya. Tapi, saya terbangun. Pagi ini sedikit sama dengan pagi2 saya sebelumnya. Tak banyak yang berbeda. Lalu muncul dalam benak saya bahwa saya melalui hari-hari yang monoton. hari2 yang menjenuhkan. Sesaat berikutnya, saya berfikir bahwa mungkin saja pikiran saya tadi sudah termasuk sikap yang kurang bersyukur. Lalu terngiang di telinga saya satu ayat dari firman-Nya. فبأي الآء ربكما تكذبان "Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?" (QS: Ar-Rahman: 18) Ya, nikmat Tuhan yang mana yang saya dustakan? Saya masih bisa bangun pagi, masih bisa bernafas dengan baik, saya masih bisa menyunggingkan senyum, saya masih bisa membaca dan berbicara dengan jelas, saya masih dikelilingi oleh keluarga dan teman2.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Astaghfirullahal ‘azhiim.. Maka saya berusaha mengubur semua