Fyuhhhhh, sambil lap-lap blog yang debunya tebel banget..
Susah banget rasanya mau konsisten nulis, baik di blog atau di buku tulis aja. Padahal ya saya nggak sibuk, hahaha. Nulis jarang, baca apalagi..
Baiklah, as said "better late than never", so, kali ini membuka postingan di blog setelah sekiaaaaaan lama, saya mau membahas sebuah buku yang memantik semangat membaca saya lagi.
We'll be back to December, last year..
Ceritanya saya request buku buat kado ulang tahun saya (nggak usah disebutin yang ke berapa..), ke my super geng -sebut saja mereka begitu. Saya kasi ke mereka beberapa opsi judul buku yang saya mau, trus terserah deh mereka mau ngasi yang mana. Sengaja memang minta buku, biar temen-temen nggak pada pusing milih kadonya, toh, saya juga yang paling terakhir ulang tahunnya. Hehe
Nah, my super geng emang nggak ngecewain saya dengan pilihan mereka. They gave me two books out of 10 books on my list. Satu buku dari mereka memang udah mencuri penasaran , eh, perhatian saya sejak awal.
The Girl On The Train - Paula Hawkins
The Girl On The Train - Paula Hawkins
Dari awal baca sinopsisnya, saya sudah penasaran banget pengen tahu gimana kisah cerita ini.
Sinopsis:
Sinopsis:
Rachel menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Di pinggiran London, keretanya akan berhenti di sebuah sinyal perlintasan, tepat di rumah nomor lima belas. Tempat sepasang suami istri menjalani kehidupan yang tampak bahagia, bahkan nyaris tampak sempurna. Pemandangan ini mengingatkan Rachel pada kehidupannya sendiri yang sebelumnya sempurna.
Pada suatu pagi, Rachel menyaksikan sesuatu yang mengejutkan, Hanya semenit sebelum kereta mulai bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini pandangannya terhadap pasangan itu pun berubah.
Waktu baca sinopsisnya, saya penasaran, seperti apa sih, pasangan yang dilihat Rachel itu. Apa yang bikin Rachel berubah pikiran tentang pasangan itu?
Buku ini sukses ngebuat saya betah banget di kasur dengan segala macam pose. Alhasil, saya pun menamatkan buku ini dalam tempo 1 hari aja. Sebuah kebiasaan yang sudah lama banget nggak saya lakukan. As expected, buku ini nggak ngecewain saya. Sukses ngebuat saya penasaran dan menebak ending-nya. Narasinya sangat bagus, seolah-olah saya menjadi Rachel dan mengalami hal yang sama dengannya. Saya pun gagal menebak ending-nya, plot twist yang sukses.
Saya juga suka cara sang penulis yang mengambil sudut pandang orang pertama, dengan tokoh yang berbeda. Maka saya menjadi Rachel, Megan, dan Anna. Tiga tokoh wanita yang memegang peran penting di novel ini.
Di awal cerita, kita dikenalkan dengan sosok Rachel -wanita yang menghabiskan banyak waktunya di kereta- yang kecanduan alkohol. Sehingga terkadang sulit bagi Rachel untuk mengingat apa yang terjadi dengannya sebelum dia minum. Padahal ingatannya memegang peran penting untuk menjawab teka-teki di akhir cerita. Nah, di saat inilah kita masuk dalam ingatan Rachel yang samar-samar, menemukan bagaimana kehidupannya yang sempurna sebelum ia bercerai. Ups, spoiler!
Saya pikir cerita akan sepenuhnya disampaikan oleh Rachel, tapi tidak, ada Megan yang juga menceritakan kisahnya. Dan Anna, wanita yang membenci Rachel. Ketiganya ternyata saling berkaitan dengan ikatan yang di luar dugaan kita. Thumbs up!!
Pokoknya novel ini recommended banget untuk dibaca, apalagi yang memang suka dengan genre-genre thriller. Novel ini juga bikin saya sadar bahwa apa yang terlihat indah belum tentu benar-benar indah. Efek sampingnya, saya jadi ikut kebawa Rachel, menebak-nebak siapa sebenarnya orang-orang yang saya temui, pekerjaan apa yang mereka lakukan, membuat cerita kehidupan orang itu versi saya, dan hal-hal lain yang baiknya saya abaikan saja. Bedanya, saya naik Busway, bukan kereta. hahaha
Buku ini sukses ngebuat saya betah banget di kasur dengan segala macam pose. Alhasil, saya pun menamatkan buku ini dalam tempo 1 hari aja. Sebuah kebiasaan yang sudah lama banget nggak saya lakukan. As expected, buku ini nggak ngecewain saya. Sukses ngebuat saya penasaran dan menebak ending-nya. Narasinya sangat bagus, seolah-olah saya menjadi Rachel dan mengalami hal yang sama dengannya. Saya pun gagal menebak ending-nya, plot twist yang sukses.
Saya juga suka cara sang penulis yang mengambil sudut pandang orang pertama, dengan tokoh yang berbeda. Maka saya menjadi Rachel, Megan, dan Anna. Tiga tokoh wanita yang memegang peran penting di novel ini.
Di awal cerita, kita dikenalkan dengan sosok Rachel -wanita yang menghabiskan banyak waktunya di kereta- yang kecanduan alkohol. Sehingga terkadang sulit bagi Rachel untuk mengingat apa yang terjadi dengannya sebelum dia minum. Padahal ingatannya memegang peran penting untuk menjawab teka-teki di akhir cerita. Nah, di saat inilah kita masuk dalam ingatan Rachel yang samar-samar, menemukan bagaimana kehidupannya yang sempurna sebelum ia bercerai. Ups, spoiler!
Saya pikir cerita akan sepenuhnya disampaikan oleh Rachel, tapi tidak, ada Megan yang juga menceritakan kisahnya. Dan Anna, wanita yang membenci Rachel. Ketiganya ternyata saling berkaitan dengan ikatan yang di luar dugaan kita. Thumbs up!!
Pokoknya novel ini recommended banget untuk dibaca, apalagi yang memang suka dengan genre-genre thriller. Novel ini juga bikin saya sadar bahwa apa yang terlihat indah belum tentu benar-benar indah. Efek sampingnya, saya jadi ikut kebawa Rachel, menebak-nebak siapa sebenarnya orang-orang yang saya temui, pekerjaan apa yang mereka lakukan, membuat cerita kehidupan orang itu versi saya, dan hal-hal lain yang baiknya saya abaikan saja. Bedanya, saya naik Busway, bukan kereta. hahaha
Komentar
Posting Komentar